Oleh: Mustam, Ketua MPK PWM Sulawesi Tenggara, Pjs WR 3 UM Kendari
Tahun 1988, awal mula penulis menginjakkan kaki di Bumi Sulawesi Tenggara tepatnya di Kota Kendari untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi ternama di Sulawesi Tenggara yakni Universitas Halu Oleo. Sebagai kader IPM dari Sulawesi Selatan tepatnya Kabupaten Soppeng tentu mencari teman-teman seperjuangan. Dari sinilah titik awal berinteraksi dengan aktivis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) serta tokoh-tokoh Muhammadiyah di Sulawesi Tenggara.
Perkaderan-perkaderan formal dan informal IMM dan IPM menjadi menu sehari-hari. Interaksi dengan tokoh-tokoh Muhammadiyah di tingkat wilayah Sulawesi Tenggara turut mewarnai kahzanah gerakan dan pemikiran aktivis muda IMM dan IPM. Pelaksanaan perkaderan IPM dan IMM terpusat di SMA Muhammadiyah yakni di SMA Muhammadiyah Lorong Jati (sekarang Jalan Jati Raya) dan SMA Muhammadiyah Kota (sekarang kota lama).
Episentrum gerakan IPM, IMM, Tapak Suci dan Muhammadiyah pada waktu itu memang berada di amal usaha muhammadiyah yakni SMP dan SMA Muhammadiyah pelaksanaan kegiatan IMM dan IPM, dan Tapak Suci pada masa itu tentunya tidak luput dari pantauan, bimbingan, arahan dan pemberdayaan tokoh-tokoh muhammadiyah. Tokoh Muhammadiyah tersebut adalah sebagai berikut:
- Habib H. Akhmad Aljufri
Habib H. Akhmad Aljufri terpilih kembali sebagai ketua pada Musyawarah Wilayah Muhammadiyah tahun 1990 yang dihadiri oleh PP Muhammadiyah dalam hal ini Drs. KH. Ahmad Azhar Basyir, MA (Allaahu Yarham) ahli fiqh alumni Universitas Al Azhar Kairo Mesir. Dalam perbincangan pagi penulis dengan beliau di Hotel Findayani tempat beliau menginap (kader IMM selalu mendekat kalau ada tamu dari PP Muhammadiyah untuk mendapat pencerahan berbagai hal), ia menyampaikan H. Akhmad Aljufri masih layak dan tetap dipertahankan sebagai Ketua PWM Sulawesi Tenggara.
Setidaknya beberapa alasan rasional antara lain, Akhmad memiliki waktu yang cukup untuk mengurus Muhammadiyah meskipun beliau pebisnis yang sibuk, beliau merintis, membangun dan membesarkan serta pernah menahkodai SMA Muhammadiyah yang beliau tempatkan di tanahnya yang diwakafkan ke persyarikatan Muhammadiyah, beliau sosok yang sangat dermawan, dan sosok ulama yang cukup mumpuni. Sebagai kader muda, penulis dan teman-teman penulis hanya mendengar dan manggut-manggut menyimak penjelasan Kyai Ahmad Azhar Basyir.
Betul kata Kyai Azhar Basyir, penulis dan teman-teman tidak jarang bahkan bisa dikatakan kader muda Muhammadiyah banyak belajar sekaligus terbantu di tempat usahanya. Di tengah kesibukannya yang menggunung, ia masih tetap membina dan memakmurkan masjid di dekat rumahnya.
Dari sosok Habib H. Akhmad Aljufri, kader-kader muda Muhammadiyah mendapatkan pelajaran tentang manajemen waktu, tentang kegigihan berwirausaha, tentang mengelola bisnis. Dari beliau kita belajar arti kedermawanan, kita menimba makna kepedulian. Dari beliau kita belajar urgensi membangun jariyah, dan tentu masih banyak yang lain yang tidak dapat diuraikan.
- Drs. H. Abdul Muin Gazaly (Allaahu Yarham) (1995-2000)
Ketua PWM Sulawesi Tenggara periode 1995-2000 ini adalah seorang pejabat birokrasi di lingkungan Kanwil Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tenggara yakni Kepala Bidang Pendidikan Dasar dan Keguruan. Sebelumnya ia pernah menjadi Kepala Kantor Inspeksi Dikbud Kabupaten Kendari di Unaaha.
Pak Muin, begitu ia dipanggil, terpilih sebagai Ketua PWM Sulawesi Tenggara pada tahun 1995 pada Musyawarah Wilayah Muhammadiyah yang dilaksanakan di Asrama Haji Lepo-lepo Kendari. Ia memimpin muhammadiyah Sulawesi Tenggara tahun 1995 sampai dengan tahun 2000.
Pada masanya, selesai Musywil, beberapa bulan kemudian dilaksanakan Rakerwil dan Pelantikan PWM Sulawesi Tenggara. Untuk menyukseskan acara Pelantikan dan Rakerwil PW Muhammadiyah Sultra, PWM mengangkat Dr. H. Marzuki Hanafi Bantayang, M.D., M.Si. sebagai ketua panitia dan penulis sebagai sekretaris panitia. Anda bisa bayangkan sekretaris panitia bekerja pada sosok dokter yang sangat teliti dan taat pada aturan-aturan tata administrasi, sampai koreksi kata demi kata pada setiap surat yang dibuat.
Pelantikan sukses dilaksanakan di area Eks MTQ, dihadiri oleh Gubernur H. La Ode Kaimuddin dan PP Muhammadiyah oleh Dr. HM. Amien Rais, MA. Selanjutnya dilaksanakan Rakerwil PWM Sultra di Bapelkes dan juga diisi ceramah prasaran oleh Dr. HM. Amien Rais, MA dengan peserta yang sangat membludak karena pada masa itu sedang naiknya ekskalasi politik dengan nomenklatur suksesi kepemimpinan nasional, juga cendekiawan dan dosen yang bergelar Doktor masih sangat terbatas apalagi di Sulawesi Tenggara. Menghadirkan Amien Rais pada waktu itu merupakan tindakan berani bahkan sangat berani, di samping karena isu suksesi kepemimpinan nasional terus bergulir, juga karena yang mendatangkan Amien Rais adalah unsur birokrasi pemerintah. Alhamdulillah, semua berjalan dengan baik dan sukses.
Sebagai seorang birokrasi sekaligus pendidik, tentu gaya kepemimpinannya manifestasi dari latar belakang pendidik sekaligus birokrat. Keteraturan, ketelitian dan tatakelola administrasi kesekretariatan dan keuangan serta bagaimana mencari sumber-sumber keuangan persyarikatan menjadi ciri khasnya. Pada masa beliau gedung dakwah Muhammadiyah (yang sekarang menjadi lokasi pembangunan menara 7 Ahmad Dahlan UMK, dulu menjadi kantor pertama Rektorat UMK) dibangun. Peletakan batu pertamanya dilaksanakan secara sederhana bersamaan dengan tanggal 1 Muharram tahun baru Islam. Pada masa beliau juga digagas pendirian perguruan tinggi Muhammadiyah yang diberi nama Akademi Bahasa Asing Muhammadiyah (ABAM) Kendari. Hasil diskusi dan rapat PWM waktu itu ABAM akan menggunakan SMA Hasrati sebagai kampus, namun kemudian ABAM tidak berlanjut.
Suatu hari beliau berkata kepada penulis (sebagai sekretaris eksekutif PWM), adek Mus, dalam mencari sumber dana persyarikatan, saya akan memakai jas dan memakai dasi (pakaian sipil lengkap) dan membawa proposal lengkap untuk dihadapkan kepada para pejabat di wilayah ini. Saya akan mengajak mereka masuk surga, terserah mereka mau atau tidak. Dari ide ini kemudian, PWM membuat daftar donatur tetap tiap bulan. Dengan motor Suzuki A100 warna merah dan plat merah kemudian penulis menjadi semacam “debt collector” setiap awal bulan mendatangi warga dan pimpinan muhammadiyah untuk memberikan infaq bagi kepentingan persyarikatan. Konon motor merah yang bersejarah itu dipakai dari generasi ke generasi IMM yang tinggal di sekretariat. Yang juga patut dicatat bahwa beliau meskipun sibuk mengurus persyarikatan tetapi juga tetap membina dan mengurus masjid Taqwa di dekat rumahnya.
Dari sosoknya kita belajar banyak hal, kita belajar ketelitian, kita belajar keberanian, kita belajar tata kelola persyarikatan, kita belajar mencatatrapihkan sumber pendapatan persyarikatan, kita belajar inovasi dan pengembangan pendidikan tinggi, dan juga dari beliau kita belajar pelibatan sumberdaya kita untuk memajukan persyarikatan.
- Drs. KH. Zuhdy Mulkian
Kalau Habib Akhmad Aljufri seorang pengusaha sukses, berpindah ke Pak Muin seorang birokrasi dan guru di lingkungan Kanwil Dikbud Sultra, maka kepemimpinan berikutnya dinahkodai oleh sosok Kyai dengan latar belakang pendidikan IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, berteman akrab dengan Pak Amien Rais dan juga Pejabat Birokrasi di Kementerian Agama. Beliau adalah Drs. KH. Zuhdy Mulkian. Penulis biasanya menyapa beliau sebagai Buya, bukan hanya karena beliau memiliki pemahaman keagamaan yang dalam, sosok imam yang sangat fasih dan tenang dalam memimpin salat jama’ah, hafalan surat-suratnya di juz 29 dan 30 serta ayat-ayat pilihan lainnya, tapi memang ia orang Sumatera tepatnya pesisir selatan Sumatera.
Kyai Zuhdy memimpin Muhammadiyah Sulawesi Tenggara periode 2000-2005. Pada masa kepemimpinannya, PWM berhasil mewujudkan mimpi warga Muhammadiyah Sulawesi Tenggara untuk mendirikan dan memiliki PTM yakni Universitas Muhammadiyah Kendari dengan Rektor pertama Drs. H. Abdullah Alhadza, MA.
Sosok Buya Zuhdy sebagai alumni Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta memimpin Muhammadiyah dengan gaya seorang ulama dan muballigh. Beliau sangat konsen dan selalu mengingatkan angkatan muda Muhammadiyah terus istiqamah bermuhammadiyah, tidak merasa minder dan kendor. Ia sosok yang selalu memberi motivasi keagamaan yang enak dan menyentuh hati.
Suatu saat ia berkata, Muhammadiyah ini sebenarnya memang cocok bagi orang orang yang cerdas. Jadi orang yang masuk Muhammadiyah itu adalah sosok orang-orang yang berpendidikan, terbuka dan bisa diajak diskusi dalam berbagai hal. Ia selalu memotivasi untuk terus bersekolah, jangan pernah menyerah.
Suatu saat ia menasihati penulis, sekarang anda sudah magister, segera lanjutkan pendidikan doktoral, agar kader-kader kita ke depan banyak yang berkualifikasi doktor, Ingat tantangan ke depan makin kompleks, dan hanya yang berpendidikan tinggi yang dapat berkompetisi di perguruan tinggi. Mengurus Muhammadiyah tidak menganulir aktivitasnya membina masjid di dekat rumahnya, bahkan saat ini menjadi Pembina Masjid Raya Al Kautsar.
Dari Buya Zuhdy, kita belajar arti berbeda dari komunitas lingkungan kerja. Darinya kita belajar mempertahankan warna di lingkungan bermacam warna, dari beliau kita belajar kepimpinan profetik ala Kyai yang sederhana dan penuh welas asih.
- H. Syamsu Alam, S.E.
Ayahanda H. Syamsu Alam besar dan lahir dari keluarga Muhammadiyah di Selayar yang merupakan daerahnya “muhammadiyah”, karena di Selayar Muhammadiyah memang sangat mewarnai kehidupan masyarakatnya. Di Kendari pun warga Selayar dari sisi praktek keagamaan memang mengacu pada praktek keagamaan yang dipahami dan diamalkan persyarikatan Muhammadiyah.
Musyawarah Wilayah Muhammadiyah untuk periode kepemimpinan 2005-2010 yang dilaksanakan di Kendari memilih dan mengesahkan H. Syamsu Alam, SE sebagai Ketua PWM Sulawesi Tenggara yang saat itu merupakan birokrat dari BKKBN.
Sosok yang sangat tawadhu, sabar dan ikhlas ini adalah sosok yang tiap saat salat jamaah di masjid dekat rumahnya yakni masjid Al Jariyah yang menjadi masjid binaannya dan me-‘muhammadiyah’-kan amalan keagamaannya. Di ruang tamu beliau terdapat banyak bahan bacaan bersumber dari persyarikatan yang disiapkan untuk tamu sambil menunggu kedatangannya.
Ia rutin puasa sunnahnya, amalan-amalan individunya konsisten tetapi tetap produktif memimpin persyarikatan. Beliau banyak bekerja sedikit bicara, dan terkadang menjadi jembatan penghubung dinamika persyarikatan antar generasi. Salah satu buku andalan beliau yang senantiasa menemaninya adalah buku Akhlaq Kepemimpinan Muhammadiyah.
Ketika beliau memberikan ceramah prasaran di Musyawarah Daerah Muhammadiyah Kabupaten Konawe tahun 2007, ia menyampaikan memimpin Muhammadiyah itu diperlukan keikhlasan dan kesabaran. Kita harus ikhlas karena bermuhammadiyah itu berarti kita rela mengeluarkan sumber daya finansial yang kita miliki untuk kepentingan persyarikatan. Bermuhammadiyah itu berarti siap bertahan jika ada perbedaan dengan yang lain. Bermuhammadiyah itu berarti siap bersabar jika ada dinamika dalam persyarikatan.
Dari H. Syamsu Alam, kita belajar kesederhanaan, kita belajar bekerja tanpa harus banyak bicara. Darinya kita belajar peningkatan kualitas pribadi, dan dari beliau kita belajar bahwa hanya dengan keikhlasan dan kesabaran kita dapat memimpin Muhammadiyah menuju tujuannya. Sebab kalau keikhlasan sudah tergerus dari diri pimpinan Muhammadiyah maka tunggulah yang tidak ikhlas itu akan terpental dengan sendirinya dari lingkungan persyarikatan.
- Drs. H. La Ode Khalifah, M.Si (2010-2013)
Kalau kita bertanya siapa pimpinan Muhammadiyah yang murni berasal dari perkaderan Muhammadiyah La Ode Khalifah lah orangnya. Kalau kita bertanya siapa pimpinan muhammadiyah yang berasal dari angkatan muda muhammadiyah beliaulah orangnya. Kalau kita bertanya siapa pimpinan Muhammadiyah yang melalui perkaderan formal IMM secara berjenjang sampai peringkat Instruktur ia lah orangnya. Dan kalau kita bertanya, siapa pimpinan Muhammadiyah yang sangat dekat dengan Angkatan Muhammadiyah Sultra, beliaulah orangnya.
La Ode Khalifah lahir, tumbuh, berproses dan berkembang menjadi sosok kader militan IMM yang ditempa di Sulawesi Selatan. Beliau lahir dari kalangan keluarga bangsawan Raja Muna yang tentunya sangat ketat dengan adat istiadat kebangsawanan dan kerajaan. Menyelesaikan pendidikan sarjana di Universitas Hasanuddin, yang waktu itu tidak semua orang bisa masuk perguruan tinggi terfavorit di Sulsel itu. Ia seorang birokrat ulung, pernah menjadi pejabat Eselon II di lingkup Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara.
La Ode Khalifah terpilih memimpin Muhammadiyah Sulawesi Tenggara pada Musyawarah Wilayah Muhammadiyah tahun 2010 di Hotel Athaya Kendari. Musywil waktu itu dihadiri oleh Ki Ageng A. Fattah Wibisono (ahli hisab Pimpinan Pusat Muhammadiyah).
Sebagai birokrat ulung tentu memimpin Muhammadiyah sangat dipengaruhi oleh latar belakang birokrat beliau dan keberadaannya sebagai kader militan Ikatan Mahasisawa Muhammadiyah. Ia memimpin dengan sangat cermat dan teliti. La Ode Khalifah sangat menjaga betul akhlak bermuhammadiyah, karena marwah persyarikatan harus senantiasa menjadi terdepan dalam segala hal. Pada masa kepimpinan beliau kader kader AMM mulai berhasil menempati posisi tertentu dan memiliki peran strategis termasuk dalam penyelenggaraan pemilu. Ia adalah jemaah tetap dan pembina masjid Mawaddatullah Muhammadiyah.
La Ode Khalifah tidak sempat menyelesaikan tugas kepemimpinannya, karena beliau pada pemilu legislatif tahun 2014 maju sebagai calon tetap DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara setelah diberikan izin mengundurkan diri sebagai Ketua PWM Sulawesi Tenggara oleh PP Muhammadiyah.
Dari sosok H. La Ode Khalifa, kita banyak belajar tentang kepedulian pada Angkatan Muda Muhammadiyah, urgensi menjaga muru’ah persyarikatan, urgensi memberdayakan kader, urgensi penumbuhan dan pengembangan persyarikatan ke posisi yang lebih baik dan terhormat, urgensi mengelola persyarikatan dan amal usaha secara jujur dan transparan, urgensi menegakkan aturan dan ketentuan persyarikatan.
Darinya kita belajar keberanian dan istiqamah berbeda dengan yang lain meskipun dengan keluarga dalam hal praktek dan amalan keagamaan. Darinya kita belajar seorang anak bangsawan, yang rela dan ikhlas mengikuti dan mempraktekkan amalan keagamaan persyarikatan meskipun tidak sejalan dengan praktek keagamaan di daerahnya.
- Prof. Dr. H. Abdullah Alhadza, MA
Kepemimpinan Pak Prof sebagai Ketua PWM Sultra sejatinya melanjutkan kepemimpinan Ayahanda H. La Ode Khalifah dimana sebelumnya Pak Prof adalah Wakil Ketua PWM. Pak Prof disepakati sebagai Ketua PWM dalam rapat PWM yang dilaksanakan malam hari di rumah kediaman Habib H. Akhmad Aljufri. Waktu itu rapat juga menyepakati dan menunjuk penulis sebagai sekretaris PWM membantu dan mendampingi Pak Prof dalam hal administrasi persyarikatan.
Prof. Abdullah dikenal sebagai akademisi dan praktisi pendidikan sekaligus. Ia sangat dihormati bukan hanya dalam dunia akademik, tapi juga dalam aktifitas praktis pendidikan dan keagamaan. Ia pernah menjadi Ketua Dewan Pendidikan Sulawesi Tenggara. Prof. Abdullah juga pernah sebagai Ketua Dewan Pertimbangan MUI Sultra, dan Ketua Majelis Ekonomi Syari’ah DMI Sulawesi Tenggara. Sebelum menjadi akademisi beliau adalah pejabat birokrasi eselon III pada Kanwil Dikbud Provinsi Sulawesi Tenggara yakni Kabag Perencanaan. Rapat-rapat PWM termasuk dalam hal persiapan pelantikan dan rakerwil PWM Sultra pada periode kepemimpinan Pak Muin banyak dilaksanakan di ruang rapat kanwil dikbud yang waktu itu penulis sebagai sekretaris eksekutif PWM.
Pada masa kepemimpinan Buya Zuhdy, Prof. Abdullah sebagai Wakil Ketua Bidang Pendidikan diberikan tugas untuk mendirikan PTM di Sulawesi Tenggara. Rapat dilaksanakan, tugas dibagi, sumberdaya dikeluarkan dan dimanfaatkan, pekerjaan dimulai. Akhirnya setelah melalui perjuangan yang panjang dan melelahkan bahkan mungkin mengendorkan semangat, akhirnya pada tahun 2001 berdirilah Universitas Muhammadiyah Kendari, Berdirinya Universitas Muhammadiyah Kendari tidak dapat dipungkiri adalah berkat perjuangan tak kenal lelah dan tak kenal pamrih dan partisipasi warga persyarikatan muhammadiyah khususnya Prof. Abdullah Alhadza (Allahu Yarham) yang saat itu masih sebagai birokrasi di Kanwil Dikbud. Dari birokrasi kemudian Prof. Abdullah beralih menjadi akademisi sebagai dosen kopertis wilayah IX Sulawesi, untuk lebih fokus mengelola dan memimpin perguruan tinggi muhammadiyah yang baru saja berdiri.
Sejak kepemimpinan Prof. Abdullah sebagai Ketua PWM Sultra, PWM mulai berupaya membeli lokasi/lahan sebagai cikal bakal pendirian amal usaha dan sebagai asset muhammadiyah tentunya. PWM kemudian dengan injeksi dan dari UMK dan UMB membebaskan ruko berlantai dua yang menjadi kantor Lazismu saat ini. Disamping itu membebaskan lahan di dekat kantor Muhammadiyah dengan cara wakaf tunai yang dilelang di Aula Gedung Islamic Center UMK waktu itu.
Dalam memimpin PWM Prof. Abdullah sangat energik, dan banyak ide-ide kreatif dan inovatif yang selalu disampaikan. Namun tidak semua ide itu dapat direalisasikan dalam waktu yang cepat. Sehingga terkadang ide dan gagasan itu berangsur-angsur hilang ditelan waktu. Mendampingi Prof. Abdullah laksana mendampingi orang yang tidak pernah berhenti berpikir dan bekerja, tidak pernah berhenti berdiskusi dan menyampaikan gagasan-gagasan baru. Terkadang penulis dan Pak Alif sangat kerepotan mengikuti kecepatan geraknya. Kalau ia menelpon, penulis dan Pak Alif selalu siap saja, meskipun ada pekerjaan lain yang harus tertunda. Tapi semua itu adalah untuk kemajuan dan kemaslahatan persyarikatan. Kali lain kalau beliau bersama penulis membuat beberapa draf persuratan dan dapat diselesaikan, ia sampaikan, Alhamdulillah kita sangat produktif hari ini. Suatu saat beliau konsep surat dengan tulis tangan, kemudian beliau sampaikan, coba ketik, perbaiki dan haluskan kalimat-kalimat yang saya tulis itu. Kata penulis, apa tidak salah ini Prof. Ia bilang, tidak.
Suatu hari Prof. Abdullah berpikir bagaimana mendapatkan dana untuk membangun GDMA yang di Baruga (sekarang lokasinya ISTEK dan PWA). Beliau kemudian menghadap pak Gubernur Sultra (Pak Nur Alam), menyampaikan proposal My DNA, Ia dengan sangat piawai mampu meyakinkan Gubernur bahwa program ini adalah dimaksudkan untuk melakukan deteksi awal tentang potensi yang dimiliki anak-anak sekolah di Sultra, yang kemudian dengan data itu memudahkan pemprov untuk mengarahkan pendidikan anak-anak sultra menentukan pilihan karirnya. Dari program ini kemudian Gedung Aisyiyah itu dapat berjalan pembangunannya.
Berinteraksi dan berkomunikasi dengan beliau menjadikan kita tercerahkan, termudahkan dan tergali ide dan gagasan gagasan kita. Kita masih ingat konsepnya kader Muhammadiyah kembali ke masjid (Kamu Kemas) dengan harapan anak anak muda Muhammadiyah itu kembali dan cinta masjid. Banyak yang sering salah persepsi bahwa Prof selalu serius, ternyata Prof punya selera humor yang bikin gerr. Kadang penulis tertawa terpingkal-pingkal kalau sudah mulai masuk ke cerita humor beliau tentang cerita orang yang berhasil selamat dari terjangan badai di lautan yang ujung ceritanya keberatan dengan keputusan Tuhan, dengan kalimat pamungkas masalah di laut jangan di bawa ke daratan.
Dari sosok Prof. Abdullah yang menjadi Ketua Takmir Masjid Al-Muhajirin MTQ itu kita belajar tentang ide-ide kreatif untuk memajukan persyarikatan, kita belajar tentang seorang Guru Besar yang tidak besar kepala bahkan konsepnya pun dikoreksi, kita belajar kerja keras dengan semangat ikhlas, kita belajar arti teori dan prakteknya sekaligus, bahkan dari beliau sebenarnya kita belajar filsafat kehidupan
- Habib H. Akhmad Aljufri (2015-2022)
Habib H. Akhmad Aljufri merupakan Ketua Muhammadiyah Sultra 3 periode. Periode ke-3 berdasarkan hasil Musywil ke-7 Muhammadiyah Sulawesi Tenggara yang berlangsung di rumah adat Kabupaten Kolaka pada penghujung tahun 2015. Ia terpilih secara meyakinkan.
Pada periode 2015-2022 beliau memimpin Muhammadiyah Sulawesi Tenggara dengan sangat baik. Dalam masa kepemimpinan beliau berhasil didirikan 5 Perguruan Tinggi Muhammadiyah di Sulawesi Tenggara yakni ITBM Wakatobi, ITBM Kolaka, INTENS Muhammadiyah Kolaka Utara, ITBK Muhammadiyah Muna Barat dan ISTEK ‘Aisyiyah Kendari.
Pada masa kepemimpinannya itu pula didirikan SMK Maritim Muhammadiyah dan Pondok Tahfidz Muhammadiyah. Bukan hanya lembaga pendidikan, tapi juga di bidang kesehatan berhasil didirikan Klinik Muhammadiyah. Dalam periode kepemimpinannya juga Muktamar IMM di Kendari dua kali dilaksanakan yakni pada tahun 1995 dan tahun 2020 yang lalu.
Melihat sosok Habib H. Akhmad Aljufri yang sangat halus kalau berbicara, sangat dermawan dan tidak mau ditahu orang lain tentang kedermawanannya, tepat waktu menghadiri rapat-rapat dan acara acara muhammadyah, mewakafkan lahan beliau untuk UMK, memberikan lahan ke UMK dengan harga miring bahkan sangat miring, mewakafkan tanahnya untuk pondok tahfidz, dapat dikatakan bahwa beliau memimpin Muhammadiyah hampir sempurna. Beliau memang tidak pernah memukul kentongan memanggil warga muhammadiyah untuk berderma sebagaimana KH. Ahmad Dahlan, tapi beliau mengetuk hati warga muhammadiyah dengan memberi contoh teladan mewakafkan lahan dan harta yang dititipkan Tuhan kepadanya.
Di tengah kesibukan beliau sebagai pebisnis ulung dan memimpin Muhammadiyah, ia masih sempat menjadi Ketua Pembangunan Masjid Raya Al Kautsar (sampai tahun 2020) dan juga pembina dan jama’ah tetap di masjid dekat rumahnya. Habib H. Akhmad Aljufri masih sempat meluangkan waktu membaca dan men-share informasi ke-Islaman, pendidikan, dan ekonomi di warga muhammadiyah yang sangat bermanfaat. Ia masih sempat sebagai Ketua Masyarakat Ekonomi Syari’ah (MES) Sulawesi Tenggara. Pernyataan KH. Ahmad Azhar Basyir pada Musywil tahun 1990 itu kembali menjadi nyata pada masa kepemimpinan beliau saat ini (2015-2022).
Sebagai manusia biasa apakah Habib tidak pernah “naik spanning” pada kami anak anak muda muhammadiyah? Yakin, generasi Immawan Sukarman, Immawan Ahmad Ismean, Immawan Kamiluddin Kandacong, Immawan Sainuddin, Immawan Nur Amin, penulis, Immawan Eka Paksi dan yang lainnya, pernah mengalami “kena semprot” dan “jeweran” dari Habib. Tapi semua itu menjadi penyemangat bagi AMM untuk lebih baik ke depan.
Habib H. Akhmad Aljufri sumber inspirasi, sumber motivasi, sumber dukungan dana dan sumberdaya untuk kegiatan perkaderan formal dan informal. Meskipun kader-kader sering “dijewer” dalam hal konsistensi dan nalar gerakan Muhammadiyah.
Dari Habib Ajhmad Aljufri tidak, kita diajarkan arti sebuah karya amal shaleh, kita diajarkan makna kelembutan, kesopan santunan, makna kerja keras, makna kemandirian, teori dan praktek bisnis, energi gerakan perjuangan muhammadiyah yang tidak pernah padam.
Inilah catatan catatan penting yang dapat penulis rekam dari ketua-ketua PWM Sultra dari Habib Ahmad Aljufri sampai ke Habib Ahmad Aljufri.
Tulisan ini dibuat sebagai bentuk kecintaan dan apresiasi kepada mereka semuanya. Selamat ber-musywil, mari jaga martabat dan marwah persyarikatan. Insya Allah.